Film Favorit
"INI LAGU YANG KAMU SUKA KAAAN?," tanyaku setengah berteriak.
"DARI TADI AKU NUNGGUIN MEREKA BAWAIN LAGU INI," jawabnya sambil mulai mengangkat-angkat tangan dan menghentakkan kaki sambil mengikuti irama musik.
"ASYIK JUGA LAGUNYA."
"LAGU SHIELA ON 7 SIH GAK ADA YANG GAK ASYIK, DIM."
Ini merupakan kali pertama aku menonton konser sebuah band. Dulu, aku memang sempat menyaksikan beberapa band seperti Naif, Souljah, dan The Upstair manggung. Tapi, itu itungannya cuma tampil di pensi sekolah dan bukan konser besar.
Kini, aku sedang berada di tengah kerumunan sheila gank yang begitu semangat sing along bersama Duta. Meski aku bukan Sheila Gank garis keras, tapi aku tetap berusaha ikut bernyanyi di beberapa bit yang memang sering aku dengar di sportify. Misalnya saat Duta membawakan lagu Dan.
Dan apalabila esok datang kembali... selebihnya aku tidak hafal.
Biarpun aku bukanlah orang yang begitu mengagumi karya-karya Sheila on 7, namun alasanku bisa hadir di konser adalah karena seseorang.
Disya Amalina Ramaysti.
Nama wanita yang sedang ada di sampingku. Aku mengenalnya saat mengikuti ospek kampus. Ketika melihat Disya pertama kali, aku curgia jika A Arafiq memang meciptakan lagu "Pandangan Pertama" khusus untukku.
Disya nampak cantik meski rambut panjangnya harus tertutup topi caping serta wajah penuh coretan spidol karena hukuman yang diberikan oleh senior.
Berbeda denganku. Ospek di kampus pertanian ini, benar-benar membuatku seolah seperti petani dengan mengenakan topi caping serta baju lusuh penuh keringat. Brengsek.
Namun, tak apa rasanya andai aku harus pergi ke sawah memanggul cangkul, asal ketika siang hari Disya datang menjemput sambil membawa teko dan rantang berisi nasi dan ayam. Kami lalu bercengkrama di bawah saung nan sejuk.
"Fokus dek, Fokus!!" teriak kakak senior membuyarkan khayalanku.
Setelah ospek berlalu, ternyata aku bisa kenal lebih dekat dengan Disya. Aku mungkin perlu berterima kasih kepada dosen mata kuliah ekonomi pertanian, Pak Jajang, yang membuat Aku dan Disya satu kelompok.
Kedekatan antara kami, membuatku tahu beberapa sifat tentang Disya. Pertama, Disya sangat menyukai lagu-lagu dari Sheila on 7. Bahkan ketika membuka Instagramnya, Aku melihat beberapa foto Disya dengan Duta.
Kedua, Disya juga moviefreak. Berkat Disya, aku jadi mengikuti film-film Marvel yang sebelumnya aku anggap film buat anak kecil.
Ketiga, yang paling menyebalkan, Disya merupakan perempuan idola lelaki di kampusku. Entah berapa kali aku harus jadi teman curhat Disya tentang laki-laki yang berusaha mendekatinya. Beruntung, tak ada pria yang berhasil meluluhkan hati Disya.
Selama empat tahun dekat dengan Disya, aku belum berani untuk mengungkapkan rasa suka. Entah karena aku tidak percaya diri, atau karena aku takut jika malah merusak hubungan pertemanan kami.
Sampai suatu ketika, Disya mengajakku menonton konser Sheila On 7. Tanpa pikir panjang, aku mengiyakan ajakannya. Rencananya juga, setelah menonton konser, aku ingin mengungkapkan perasaanku terhadap Disya.
"INI LAGU YANG KAMU SUKA KAAAN?," tanyaku setengah berteriak.
"DARI TADI AKU NUNGGUIN MEREKA BAWAIN LAGU INI," jawabnya sambil mulai mengangkat-angkat tangan dan menghentakkan kaki sambil mengikuti irama musik.
"ASYIK JUGA LAGUNYA"
"LAGU SHIELA ON 7 SIH GAK ADA YANG GAK ASYIK, DIM. APALAGI LAGU FILM FAVORIT INI"
Nonton konser di dekat sound system memang ngebuat Aku dan Disya jadi haji bolot sesaat. Untuk berkomunikasi, mau gak mau kami harus saling berteriak meski berdiri bersampingan.
"EMANG KALAU KAMU, FILM FAVORITNYA APA, DIS?" Tanyaku penasaran.
"APAAA DIIM?"
"FILM FAVORIT KAMU?
"APA?"
"FILM...FILM FAVORIT?"
"HAAAAH?"
"GAK JADIII" kataku kesal.
******
"Seru kan konsernya?" tanya Disya membuka obrolan kami di sebuah tempat makan berinisial mcd setelah lelah berjingkrak-jingkrakan.
"Seru sih, tapi lain kali kita jangan pilih tempat yang deket sound system, bikin budek," jawabku kesal sambil melahap ayam krispi yang ada di piring.
"Haha Dimas, Dimas. Gapapa deh, biar jadi pengalamanmu," balas Disya sambil tersenyum ke arah ku.
Mungkin ini waktu yang tepat untuk menyatakan perasaanku kepada Disya. Perasaan yang telah aku pendam sejak pertemuan kami di ospek kampus. Perasaan yang terus aku tahan selama empat tahun. Dari durasinya, mungkin perasaanku ini sudah cocok dimasukkan ke PAUD.
"Bentar....bentar Dim," Disya meminta izin kepadaku karena mendapat panggilan telepon dari seseorang.
Karena penasaran, aku pun bertanya siapa yang meneleponnya barusan.
"Andri, pacar aku. Katanya nanti mau jemput aku setengah jam lagi," balas Disya yang seakan membuat hatiku hancur berkeping-keping. Perasaan yang terus aku pendam bertahun-tahun akhirnya bisa menemukan jawaban tanpa perlu diungkapkan.
Tubuhku mati.
"Maaf ya, Dim. Sebelumnya aku gak pernah cerita ke kamu tentang Andri. Tadinya, aku juga ingin menonton konser bareng Andri, tapi dia lagi sibuk urusan kampus. Karena bingung tiketnya buat siapa, yaudah aku ajak kamu sebagai teman setia aku buat nemenin."
"Oh gituu...." jawab ku dengan nada yang sangat lemas. Karena tak ingin Disya melihatku dalam keadaan hancur, aku tetap bersikap biasa aja. Sesekali aku membahas topik yang tak ada hubungannya dengan pacar barunya, Andri.
"Eh tadi aku kan nanya," ungkapku sambil menatap Disya perlahan.
"Nanya apa?" balas Disya penasaran.
"Kamu kan suka lagu Film Favorit. Emang film favorit kamu apa sih?"
"500 days of summer."
Dimas, Jakarta Selatan, pukul 20.55
taek. mending tusuk gue aja pake paku payung kalau kayak gini. taek.
ReplyDeleteSabar pak sabaar
DeleteKeep spirit, masbro Doni ...
ReplyDeleteAnggap saja dia bukan yang tertakdirkan buat hidup kamu, cuma sepenggal cerita.
Move On 👌
Untung nasib cinta saya gak setragis Dimas di cerita di atas, pak Himawan hehe
DeleteNi cerita kalau dibikin film layar lebar bakal ngalahin film 500 days of summer yang sangat seru ituh, ternyata selera nontonku sama kayak Disya ululululul sepertinya dia jodohku
ReplyDeleteJangan-jangan Disya adalah jodohmu!
DeleteJujur itu emang susah ya.
ReplyDelete"Kebohongan adalah kebohongan. Dan kebohongan akan menjadi kenyataan terhadapnya." - Magane
Padahal diceritanya gak ada yang bohong huhu
DeletePlot twist, Andri itu sebenarnya Pak Jajang. Nama panjangnya Andrianto Jajang. Dia emang sudah suka sama Disya Amalina Ramaysti pas pembagian kelompok. Buktinya dia sibuk di kampus (ngajar) dan anak muda macam apa yang tidak suka Sheila on 7???!!!
ReplyDeleteJadi film Predestination kalau kayak gitu
DeleteLagu Sheila On 7 belum semuanya gue dengerin, sih. Tapi waktu itu sempet dengerin, ada kok yang biasa aja. Cuma mau gimana lagi, karakter Disya emang terlalu fanatik. :p
ReplyDeleteWqwqwwq. Itu Disya mau jadi Summer? Bjgn.
Ceritanya apapun karya SO7 pasti suka
DeleteKasaaar :(
Huhu iya tragis
ReplyDeleteJadi pengen hunting filmya euy.
ReplyDeleteDimas, dimas. :-D salamin ya buat dia hahah
Yaaa, nanti aku salamin ke Dimas
DeleteKonklusinya: Harusnya tanya dulu film favoritenya apa sebelum jatuh cinta.
ReplyDeletejadi bias nebak selanjutnya bakal gimana. Minimal kalo cintanya gak dapat yahhh grepe2 di konse aja dah, jeh hahahahah.
Kalau jawabnya film 50 shades of grey gimna nih, San? Langsung hajar aja kali yaa.
DeleteGak gitu juga dong bosqueee! Suruh minum fanta campur insto dulu
Gimana rasanya jadi haji Bolot?
ReplyDeleteBolot y
Rasanya kayak haji bolot jadi gue
Deletekayaknya kalo si disya ngaku udah punya pacar pas konser, si dimas ga bakalan jadi haji bolot. bakalan jadi agung hercules.
ReplyDeletekarena ngebanting sound system
Gak gitu doong bapak dari Mesirr :((
DeleteYaah bikin nyesek:(
ReplyDeletePlot twist lagi, sebenernya Andri itu Jojo:(
Andri langsung buka baju
Delete